porosNUSANTARAnews --- email : porosnusantaranews@gmail.com porosNUSANTARA.news: 06/03/16

Jumat, 03 Juni 2016

Bungkam, Pilihan Wartawan yang diusir FPI dari Simposium Nasional

Foto : Istimewa)
Jakarta - Febriana Firdaus, wartawan dari media asing Rappler yang diusir keluar oleh anggota Front Pembela Islam (FPI) pada saat simposium anti Pantai Komunis Indonesia (PKI), memilih tak mau berkomentar lebih lanjut saat dimintai konfirmasi oleh Tempo.

“Nanti dulu ya, aku gak boleh komen demi keamanan,” ujar Febri melalui pesan singkat, Kamis, 2 Juni 2016.

Kasus ini bermula saat Febriana diusir keluar oleh anggota FPI saat tengah meliput hari kedua simposium anti PKI yang berlangsung di Balai Kartini, Jakarta.

Hal itu terlihat dari cuitan yang muncul di akun twitter resmi FPI, @DPP_FPI. "Dinilai kerap membuat berita ngawur, wartawan media asing pro komunis @febrofirdaus diusir dari Simposium Nasional," ujar akun tersebut, Kamis, 2 Juni 2016.

CIA Diretas, Tarik Agen dari Beijing

Markas besar CIA di Langley, Virginia. yaleinwashington.com
Washington - Badan Intelijen Amerika Serikat, Central Intelligence Agency (CIA) menarik sejumlah agennya dari Kedutaan Besar AS di Beijing. Menurut pejabat dan mantan pejabat Amerika, seperti dilansir Washington Post 29 September 2015, ini sebagai langkah pencegahan akibat peretasan terhadap data pribadi karyawan federal.

Langkah CIA ini merupakan dampak nyata dari penerobosan tersebut, salah satu dari dua peretasan utama ke komputer Kantor Manajemen Personalia (OPM) yang diungkapkan media awal tahun ini. Para pejabat Amerika mengaitkan peretasan itu dengan aksi oleh pemerintah Cina.

Pejabat Amerika mengidentifikasi pencurian dokumen melalui peretasan itu sebagai spionase politik yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi mata-mata dan orang yang mungkin direkrut sebagai mata-mata atau bisa diperas untuk memberikan informasi yang berguna.

JENDERAL TNI (Purn) H. TRY SUTRISNO: Tidak Bisa Negara Minta Maaf ke PKI

JENDERAL TNI (Purn) H. TRY SUTRISNO (foto: Istimewa)
JAKARTA -- Mantan Wakil Presiden Indonesia Jenderal TNI Purn Try Sutrisno berpandangan proses rekonsiliasi atas peristiwa 1965 bisa diadakan karena memiliki tujuan untuk perdamaian. Namun, kata dia, hanya berlaku untuk bangsa yang berpancasila.

"Jadi kalau yang tidak pancasila segera tinggalkan itu, bertobatlah dia, masuklah dalam bangsa yang berpancasila," kata Try selepas pelaksanaan hari pertama simposium bertajuk Mengamankan Pancasila Dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6).

Karenanya Try menekankan pelaksanaan rekonsiliasi harus dirumuskan bersama agar tidak ada kekeliruan di dalamnya dan dengan pola pancasila demi mencapai kata damai bagi seluruh elemen bangsa. "Harus dirumuskan bersama dalam pola pancasila, jangan sampai keliru karena tujuannya damai, namun damai dengan siapa, kalau damai dengan PKI, no. Tapi jika rekonsiliasi itu dalam arti orang Indonesia supaya rukun, bersatu, sadar kembali pada perjuangan itu baru rekonsiliasi," tuturnya.

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Aksara

lompat batu (foto : istimewa)
Kehidupan serta kebudayaan manusia di bumi nusantara pada awalnya merupakan kehidupan yang relatif sederhana dan masyarakatnya belum mengenal tulisan. Zaman ketika masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan disebut masyarakat Indonesia zaman praaksara. Zaman ini berlangsung sejak manusia ada sampai manusia mengenal tulisan dalam kehidupan budayanya. Masyarakat yang hidup pada masa praaksara ini hanya meninggalkan bendabenda kebudayaan dan mewariskan kepada anak cucunya berupa alat-alat dari batu, tulang, logam, serta lukisan yang terdapat pada dinding-dinding gua tempat tinggalnya. Karena zaman praaksara belum meninggalkan tulisan, maka para peneliti hanya meneliti benda-benda tersebut untuk merekonstruksi kehidupan mereka. Dari cara ini para peneliti membuat penafsiran atau perkiraan tentang kehidupan pada masa lalu. Benda-benda prasejarah yang berupa alat-alat dari batu, kayu, tulang, logam, serta fosil tersebut akan dapat diketahui bagaimana cara hidupnya, di mana, dan bagaimana kehidupan mereka.

PKI Telah Menyiapkan Hingga 15 Juta Pendukung

Mayjend Kivlan Zein (foto: istimewa)
Mayor Jenderal (Purn) TNI Kivlan Zen mengatakan, Partai Komunis Indonesia sudah kembali bangkit. Bahkan, menurut Kivlan, PKI telah membentuk struktur partai mulai dari tingkat pusat hingga daerah.
Ia juga menyebutkan bahwa sejak dua minggu lalu, mereka telah menyiapkan hingga 15 juta pendukung.
"Susunan partai sudah ada, pimpinan Wahyu Setiaji. Dari tingkat pusat sampai daerah," ujar Kivlan saat ditemui di sela acara Simposium Nasional 'Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Namun, Kivlan tidak menjelaskan lebih jauh mengenai sosok Wahyu Setiaji yang dimaksud.