porosNUSANTARAnews --- email : porosnusantaranews@gmail.com porosNUSANTARA.news: Diskusi FKPPI: Lawan !!! Komunis Gaya Baru

Jumat, 27 Mei 2016

Diskusi FKPPI: Lawan !!! Komunis Gaya Baru

Tampak suasana saat acara Diskusi publik 'Lawan !!! Komunis Gaya Baru' digelar oleh Pengurus Pusat FKPPI
(Foto: BH /mnd)
JAKARTA, PNews - Diskusi publik bertemakan, " Lawan !!! Komunis Gaya Baru," yang digelar oleh Pengurus Pusat Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) di pelataran parkir Sekretariat Pengurus Pusat FKPPI di Jl. Kebon Sirih No. 61 Jakarta Pusat pada. Rabu (25/5) malam.

Arif Buwono perwakilan dari pengurus pusat FKPPI menyampaikan, "Hari ini kita meneguhkan langkah dan komitmen melawan Komunis gaya baru, bagaimana bersama sama tidak lagi berjuang sendiri sendiri, agar Pancasila tetap menjadi ideologi bangsa Indonesia," ungkapnya, pada saat kata sambutan di hadapan para perwakilan elemen OKP dan Organisasi Masyarakat seperti Pemuda Pancasila, PPM, Pemuda Muhamadiyah, KBPPP, Front Pancasila, Pemuda Katolik, GAMKI, GBN, Foko TNI-Polri, PPAD, PPAL, PPAU, PP-Polri & FUI yang hadir.

Sementara selanjutnya, Bayu Sucipto mengatakan kalau kondisi ini sudah mengkhawatirkan, Ketum FKPPI saat ini sedang bergerak ke Blitar dalam acara yang sama, semoga gaung kita tetap bergema untuk mewaspadai bangkitnya komunis. "Mari bergandeng tangan lawan KGB (Komunis Gaya Baru), meski ini mendadak, kita mulai tanggal 1 kita ikuti simposium dan tanggal 3 kita apel akbar menyatukan kekuatan melawan KGB ini," ujar Bayu.

Nampak pantauan pewarta BeritahUKUM.com, saat diskusi digelar dengan Moderator Sanusi, dengan narasumber pembicaranya yakni tokoh; Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein, Adung Abdul Rahman perwakilan tokoh pemuda GP Ansor, Ketum Pemuda Panca Marga Hj. Lulung Lunggana.

Saat diskusi dimulai pun, Mayjen TNI (purn) Kivlan Zen selaku narasumber menuturkan alasan penggunaan kata istilah 'gaya baru', "Kenapa ada istilah gaya baru, gaya lama gimana?," ujarnya.

"Komunis gaya lama tampilannya ikut konstitusi dalam pemerintahan dengan bentuk partai. Nah, gaya baru partainya sudah tidak ada tetapi orangnya sudah masuk dalam tingkat RT, anggota dewan, sampai kementerian, sudah ada data dan fakta," paparnya lagi mengulas.

Mayjen TNI (Purn) yang pernah memegang jabatan Kepala Staf Kostrad (KasKostrad) ABRI itupun memaparkan, kalau pada tanggal 5 Juni 2016 besok di Solo akan ada Apel Akbar umat Islam. "Akan kita lawan head to head, soalnya di Solo basis mereka. Jangan lagi terulang kita disembelih, dibacok oleh mereka. Bila mereka bangkit perang saudara tidak akan terelakan. Negara ini akan pecah menjadi 45 negara, sesuai rancangan orang Eropa dan Cina," ungkap Kivlan Zen, Rabu (25/5).

"Tentara Cina sudah masuk, ini fakta kok. Mereka sudah kerja sebagai buruh garmen, ini bukan saya menghasut tapi mewaspadai. Tionghoa itu artinya tiang dunia. Banyak orang Cina yang masih pro, tapi lebih banyak lagi orang Cina yang benci kita," jelas mantan perwira militer yang pernah mengemban lebih dari 20 jabatan yang berbeda, dan sebagian besar di posisi komando tempur itu dengan tegas.

Sedangkan, Anggota DPRD DKI Jakarta yang juga merupakan Ketum Pemuda Panca Marga (PPM), H Lulung Lunggana yang turut hadir itupun mengatakan, memang sejatinya saat ini Indonesia sedang menghadapi perang simetris yang dikenal dengan sebutan proxy war. "Tidak nampak, namun sangat membahayakan. Bagaimana disikapi hari in. Ada kelompok atau unsur secara global bahwa ada kelompok dimana membentuk opini menjauhkan TNI dari rakyat, dengan wacana adanya penggusuran melibatkan TNI dengan 'bungkusan' penertiban," jelasnya.

"Pasca reformasi, tidak sempat evaluasi terjadinya reformasi. Ternyata tujuannya menguasai negara selama 20 tahun, hari ini baru genap 18 tahun. Bicara reformasi bagaimana memperlemah ketahanan dan melemahkan konstitusi. Pintu masuknya memberhentikan presiden Suharto atas tekanan negara kapitalis," ujar Hj.Lulung.

Hj Lulung merasa, kejatuhannya pak Harto adalah kekalahan bangsa Indonesia dimana kehilangan keseimbangan dan melemahkan TNI agar masuk ke barak. "Agenda utama mengeluarkan TNI dan Polri dari parlemen, karena jikan TNI Polri masih ada di parlemen maka anggaran pertahanan negara akan kuat, kelompok masyarakat Indonesia yang mengatasnamakan rakyat Indonesia dengan didukung asing merubah UUD 45 dan berhasil," urainya.

Apalagi, menurut Haji Lulung mengungkapkan, dimana yang terjadi kepada para Jenderal takut untuk kembali kepada naskah asli konstitusi dan kembalikan bahwa Presiden harus orang Indonesia asli, bukan lembaran hasil amandemen.

Kemudian isu PKI saat ini sangat luar biasa. "Kita gak tahu teman kita dari kecil apakah dulunya keluarga dia PKI atau bukan. Siapapun yang ikut membentuk opini menjauhkan TNI dengan rakyat ini tanda kutip, pemerintah dan media dikuasai mereka. Bagaimana mungkin kuburan mau dibangun. Tidak ada logikanya, kita mau dapat apa?," tanyanya.

Kemudian, Adung Abdul Rahman sebagai perwakilan tokoh pemuda GP Ansor mengatakan, kalau dulu sebelum kemerdekaan, terlebih dahulu sebelum menyanyikan lagu Indonesia Raya, dulu setiap hari melawan PKI setiap hari, lagu genjer-genjer dulu lagu rakyat dan dibajak dijadikan lagu PKI.

"PKI selalu menyatakan korban mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, makanya kami buat buku dimana kami susun agar generasi NU khususnya generasi muda NU jangan bimbang dan ragu bahwa, korban bukan hanya yang selama ini didukung oleh Komnas HAM dan lembaga hukum lainnya," ujarnya menjelaskan, dimana semenjak Oktober 2012 bahwa NU, dimana Rais Am NU memerintahkan menulis buku dan menulis sejarah PKI dari versi NU.

Awalnya menurut Adung bahwa, NU sejak tahun 1948 sampai 2012 belum pernah membuat buku yang menyatakan sikap NU, "Soalnya, tidak bisa korban satu pihak karena situasinya konflik horizontal ada perang saudara," paparnya.

"jika waktu itu kalah, maka kita tidak akan ada disini, hilang musnah dan bersyukur kita yang menang. Kita adalah pelaku dan kita juga korban, sama juga dengan mereka. Tidak boleh didalam membahas pristiwa ini secara snapshot dari satu pihak saja," jelasnya.

"Mereka korban kita tidak, padahal kita juga korban, banyak kyai kita yang dibunuh. Jika mau kita juga tidak mau memaafkan mereka, tidak boleh melihat sejarah masa lalu dengan cara pandang sekarang, itu tidak baik. Tidak boleh mendramatisasi jumlah korban. NU tidak pernah mengambil sikap meminta maaf, jika mereka meminta maaf kita terima dan kami tidak akan meminta maaf. Mereka yang memulai lebih dulu, kita hanya bereakasi mengambil sikap," tegasnya.

Menurut Adung, bila kelompok mereka dengan gaya baru, maka kelompok Pancasila harus melawan dengan gaya baru juga. "Harus membuat buku dengan versi kita dan membuat film yang lebih bagus dari yang dibuat kelompok pro PKI dan aktif di medsos, menjelakan kepada anak muda tentang sejarah masa lalu dan jangan sampai terulang peristiwa dimasa lalu disaat ini," ungkapnya.

"Kita punya masa kelam, banyak umat Islam dibunuh, kyai dan tentara dibunuh, semoga motivasi dan memori tetap terjaga mewaspadai KGB ini," pungkasnya.(bh/mnd/bhn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar