Hadir juga pada pembukaan festival ini adalah Raja Sanggau Pangeran Ratu Drs. Gusti Arman, M.Si, Sekjen ICKN Pusat Pangeran NA. Mas’ud Thoyib J Adiningrat, Raja Tayan Panembahan Anom Pakunegara Gusti Yusri, SH beserta permaisuri, Ratu Endang Kesultanan Sambas, Pangeran Ratu Agung Mahkota Seri Maharaja Syarif Melvin Alkadrie Putra Mahkota Kesultanan Pontianak, Pangeran Hukma Putra Mahkota Kerajaan Simpang, Pangeran Syarif Muhammad Alaydrus Pemangku Kerajaan Kubu, Pangeran Syarif Herry Majelis Kerajaan Kalbar, Pangeran Gusti Syarfini Majelis Kerajaan Kalbar, Pangeran Syamsul Rizal Sekretaris ICKN Kalbar, dan Dato’ Pangeran Elang Perkasa Abdi Nurkamil. Bupati Ketapang Martin Rantan dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan festival ini, Bupati berharap agar lebih baik lagi di tahun berikutnya dengan jumlah pengunjung yang lebih banyak, dan Pemda Ketapang akan mendukung penuh kegiatan ini. Keraton Matan merupakan aset pemerintah daerah yang terus kita jaga dan lestarikan termasuk seni budayanya.
Sementara Sutan Palembang mengatakan dalam sambutanya, akan memperjuangkan bantuan keraton nusantara termasuk di Kalimantan kepada Pemerintah pusat. Saya akan mengagendakan pertemuan dengan presiden Jokowi secepatnya untuk membicarakan beberapa hal yang menyangkut kebudayaan dan nasib Keraton di Nusantara. Sultan Palembang yang juga ketua umum Yarasutra ini merasa prihatin akan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang banyak dikuasai asing padahal kita mampu untuk mengelolanya sendiri. Kita tidak berdaulat di negeri sendiri atas sumberdaya alam yang kita miliki. Distribusi kekayaan sumberdaya alam di Kalimantan khususnya dan Indonesia umumnya tidak mencerminkan keadilan sosial bagai rakyat Indonesia. Oleh karenanya Sultan meminta pemerintah untuk meninjau ulang Undang-Undang yg ada selama ini dan memberikan akses yang adil dan merata bagi rakyat. Sultan mencontohkan bahwa lebih 60 persen kekayaan Indonesia dikuasasi oleh 1 persen penduduk, yaitu berpusat di konglomerat. Ini jelas tidak adil menurut Sultan yang memiliki suara merdu ini. Kondisi ini akan menjadi pemicu kerawanan sosial dan ketahanan negara jika dibiarkan berlarut.
Sultan palembang juga meminta pemerintah agar mewaspadai tanda-tanda munculnya paham komunis di Indonesia. Sejarah adalah cermin kita, bahwa komunis telah membuat luka yang dalam bagi bangsa Indonesia atas pelanggaran HAM dan tidak sesuai dengan Pancasila, oleh karenanya harus kita gayang paham komunis di Indonesia pinta Sultan.
Sementara Sekjen Kerapatan Raja Sultan Borneo, Sultan Haji Khairul Saleh AL-Mu’tashim Billah yang juga Sultan Banjar dalam sambutan silaturahimnya mengatakan bahwa Festival Keraton Matan Tanjungpura Ke-V tahun 2016 ini sekaligus sebagai momentum silaturahmi bersama para raja sultan se-Borneo dan nusantara serta sebagai bentuk konsolidasi kita untuk saling menguatkan eksistensi keraton pada masyarakat sekitar, masyarkat regional-nasional dan internasional. Silaturahmi hari ini juga menegaskan posisi eksistensi Raja-Sultan dalam mengawal kepribadian bangsa yang luhur dan menegaskan identitas ke-Nusantaraan yakni adanya negeri-negeri yang masih memiliki peradaban yang luhur walau dalam arus globalisasi dan masuknya Masyarakat Ekonomi Asean saat ini.
Selanjutnya Sultan Banjar mengatakan, bahwa akhir-akhir ini masyarakat kita di masing-masing daerah sejak dibukanya kran peran dan fungsi kesultanan di NKRI ini lewat Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, sudah merasakan adanya “Nuansa Kebatinan”, yang kita maknai sebagai bentuk keberterimaan besar kehadiran dan peran Kesultanan/Kerajaan dalam menjunjung nilai adat dan budaya. Nuansa Kebatinan ini menurut Sultan Banjar perlu kita sikapi di masing-masing negeri, tanah adat Keraton/Kesultanan dimana pun berada. Situasi politik yang semakin mendegradasikan etika, kondisi sosial masyarakat yang permisif mendorong adanya kerinduan yang teramat dalam bagi masyarakat akan peran dan fungsi kesultanan. Meskipun kita tidak bisa memungikiri adanya sebagian masyarakat menganggap eksistensi Kesultanan/Kerajaan Nusantara tidak lebih menghidupkan feodalisme baru. Namun semua itu sudah tergerus dengan pembuktian dan peran kita di masing-masing negeri, tanah adat Kesultanan/ kerajaan/Keraton. Sultan Banjar juga berharap agar kehadiran Kesultanan/Kerajaan dapat berperan dalam pengambil keputusan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta membangun peradaban Nusantara untuk menegaskan bahwa Kesultanan/kerajaan merupakan warisan nusantara yang masih hidup dan mewarnai peradaban bangsa dan NKRI sampai saat ini. Lebih lanjut Sultan Banjar menegaskan bahwa agar Kesultanan/Kerajaan terus menghadirkan diri dalam peran aktif sebagai pengayom kehidupan sosial masyarakat sekitar untuk menegaskan peran dan fungsi kepemangkuan yang multiperan (sosial politik ekonomi dan budaya) sebagai tempat masyarakat berbagi suka dan duka. Bahwa Kesultanan/Kerajaan menjadi tempat dan memerankan diri apa yang belum dan tidak dikerjakan pemerintah, kita hadir turut mengisi kekosongan itu kata Sultan Banjar.
Sekjen Yayasan Raja Sultan Nusantara (Yarasutra) Pangeran Mas’ud Thoyib Adingrat yang juga Sekjen Ikatan Cendikiawan Keraton Nusantara (ICKN) Pusat dalam sambutannya mengatakan, sangat menghargai dan mengapresiasi warisan budaya kerajaan Matan Tanjungpura yang masih terpelihara dengan baik. Menurutnya Tanjungpura adalah kerajaan yang tua dan sudah ada 500 tahun lebih di nusantara ini, sebagaimana yang tercatat dalam naskah negara kertagama. Ini luar biasa sekali, situs-situs jejak sejarahnya terawat dan terjaga dengan baik. Kanjeng Mas’ud Thoyib meminta agar Kerajaan Matan Tanjungpura dapat membangun industri pariwisata yang berbasis budaya dan sejarah bersama pemerintah daerah. Jangan bangun yang lain pintanya, bangunlah pariwisata karena industri ini tidak akan habis seperti industri lainnya, kita hanya perlu inovasi dan kreativitas untuk menguatkan industri pariwisata. Dia mencontohkan bahwa China dan Venesia adalah salah satau negara yang berhasil dalam membanguan industri pariwisata begitu juga negara serumpun kita Thailand, Malaysia dan Singapore. Kita memiliki keunggulan yang khas yaitu keberagaman budaya dan peradaban yang luhur. ICKN dan Yarasutra bersama pemerintah akan membantu Kerajaan Matan Tanjungpura untuk menguwujud itu termasuk dalam waktu dekat ini akan bekerjasama dengan kementerian Pertanian dalam ketahanan pangan melalui pemanfaatan tanah-tanah yang ada di setiap keraton nusantara.
Sementara Raja Matan Tanjupura PRK Gusti Kamboja dalam sambutannya mengatakan bahwa Festival kali ini mengususung tema “the soul and harmony of culture” yang mengandung dimensi kecintaan dan persaudaraan. Kita berkeinginan meningkatkan kualitas budaya kita melalui perhelatan ini, seperti Syair Gulung yang merupakan cara bertutur yang sopan dan halus harus dijiwai dan cintai oleh masyarakat. Syair gulung ini khas produk kebudayaan dari Kerajaan Matan Tanjungpura yang sekarang menjadi tradisi dalam masyarakat seperti pada upacara perkawinan, acara adat dan acara resmi pemerintah. Syair klasik ini dapat berisi puji-pujian, penghormatan, dan kritik sosial yang disampaikan dalam bentuk berlagu syair yang halus pada selembar kertas yang digulung panjang. Gusti Kamboja yang juga ketua Majelis Kerajaan Kalimantan Barat ini meminta agar masyarakat dapat menjiwai, mencintai kebudayaannya dan diamalkan dalam kehidupkan sehari-hari sehingga dapat menjadi perekat sesama suku bangsa. Tidak hanya dipentaskan tetapi juga dijiwai dan dicintai maknanya. Ia mencontohkan kata “ I love culture beda kualitasnya dengan I fill love to culture”. Harmony mengandung dimensi keberagaam dan persaudaraan.
Keberagaman adalah satu keniscayaan dalam kehidupan. Oleh karena itu dalam adat melayu yang bersendikan kitabullah Al-qur,an mengakui adanya keberagaman atau kebhinekaan pada umat manusia dan mahluk lainnya, baik dari segi warna kulit, bahasa, agama, adat istiadat dan lainnya. Keberagaman adalah bentuk kebesaran Allah Sang Pencipta sebagai bagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (Ar-Rum:30: 20 dan Al-Hujarat:49: 13). Tujuannya adalah untuk saling mengenal, memahami dan saling kerjasama serta saling tolong menolong dalam semua kehidupan untuk kemaslahatan bersama. Menjaga ekosistem bumi, memakmurkannya dan menjadikan hidup lebih sejahtera untuk masyakarat secara adil dan untuk kesejahteraan generasi yang akan datang. Begitu juga kebudayaan dapat menjadi perekat perdamaian dan menjaga nilai ketuhanan dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya raja Matan Tanjungpura ini meminta kepada pemerintah agar mempercepat pembangunan infrastruktur di Kalimantan yang selama ini sangat lambat dam jauh tertinggal dari daerah lain, sementara sumberdaya alamnya sangat kaya dan berlimpah sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara.
Harmony juga mengandung dimensi persaudaraan (Ukhuwwah) yang didalamnya terdapat empat bentuk, yaitu persaudaraan sesama manusia (Ukhuwwah Insaniyah), persaudaraan sesama pemeluk agama (Ukhuwwah Diniyyah), persaudaraan sebangsa dan se-tanah air (Ukhuwwah Wathaniyyah) dan persaudaraan sesama kaum muslim (Ukhuwwah Islamiyyah). Semua bentuk persaudaraan ini menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia tetapi kalau tidak dijaga dapat menjadi pemantik bagi terjadinya kerawanan sosial dan negara. Pembangunan bangsa harus terus dipacu secara adil dan merata yang menuntut kita bersatu, berkerja dan berkarya demi cita-cita kita bersama, masyarakat yang makmur sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia (km/A2/pnews/alam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar