porosNUSANTARAnews --- email : porosnusantaranews@gmail.com porosNUSANTARA.news: Jokowi bela Ahok? dalam kasus RS. Sumber Waras

Minggu, 22 Mei 2016

Jokowi bela Ahok? dalam kasus RS. Sumber Waras

Amir Hamzah dan Ratna Sarumpaet
(foto : istimewa)
Jakarta, pnews - Amir Hamzah, Minggu (22/5), pengamat kebijakan publik berkata,"kenapa sampai saat ini 'ahok' belum ditersangka-kan ?, kenapa saat itu Jakarta ribut-ribut (kisruh) soal UPS, namun malahan saya membahas soal skandal sumber waras?," ujarnya mengatakan saat menjadi pembicara di sesi diskusi publik, 'mengungkap tabir terang kasus Korupsi Rumah Sakit Sumber Waras' yang digelar oleh GTA (Gerakan Tangkap Ahok) di kawasan Menteng Raya 58 Jakarta Pusat.

Menurut pengamat kebijakan publik dari Budgeting Metropolitan Wacth (BMW) menanggapi perihal skandal R.S. Sumber Waras meyakini menurut kitab perang Sun Zu kalau seseorang menyerang dari sisi kanan, pasti sisi kirinya lemah. "Dimana seseorang menyalahkan seseorang, ada tujuan dimana berusaha menutupi kesalahannya,"paparnya lagi.

Amir Hamzah menceritakan awal rentetan dimana sebenarnya indikasi dalam skandal RS Sumber waras ada penipuan, tindak korupsi, dan pembohongan. Dimulai pada tanggal 11 juni 2014, yang menurut Amir, ada risalah data ke pihak Dinkes DKI, "Disana Abraham menyatakan tanah itu tidak akan dijual sesuai risalah itu, dan menyatakan Pemda DKI untuk hati-hati kalau ada yang transaksi,"tuturnya lagi.


Beliau meneruskan ungkapan dari Abraham, bahwa dengan Bapak Gubernur DKI pihaknya sudah rapat dan sudah membahasnya dengan pengurus RS. Sumber Saras bahwa tanah tidak akan dijual. "Namun tanggal 20 juni Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YKSW) melayangkan surat ke Ahok berisikan 'menindaklanjuti' pertemuan pada 6 juni, dimana bahwa sebelumnya ada pertemuan Abraham dan Ahok bahwa sudah pernah ada pembahasan" bebernya mengungkapkan.

Kemudian lebih lanjut lagi, menyambut keterangan bulan desember, dan biaya tercantum di APBD DKI Jakarta. "Jadi sebelum proses dan diresmikan sebenarnya sudah ada kesepakatan dengan pihak YKSW, dan ini memungkinkan adanya proses yang melibatkan saudara 'ahok'. Karena kemungkinan Ahok PKI, maksudnya Pengaruh Kendali Istri (PKI)" celetuknya dengan nada canda dan guyon.

Amir Hamzah juga mengungkapkan bahwa Komisi E DPRD DKI Jakarta ketika tidak menyetujui anggaran UPS dan anggaran RS Sumber Waras yang telah dibahas anggarannya dan dikirim pada 13 Agustus ke Mendagri, dan berakhir pada 24 Agustus untuk evaluasi. "Perlu perbaikan untuk RS Sumber Waras dan UPS untuk menjadi Perda (evaluasi). Sehingga tanggal 21 Oktober dilayangkan surat kepada ketua DPRD, dimana saat itu hubungan dengan PDI-P dan Gerindra masih ada hubungan baik"

Amir Hamzah juga mengungkapkan bahwa “jadi dari sisi aturan dan penetapan harga ada pelanggaran, dimana menyangkut NJOP mestinya ke notaris.” Surat yang dibalas pada 29 Desember, tentu dinas pelayanan pajak melawan bisa 'dipecat', dimana tertera 20 juta. Sedangkan, akte pelepasan hak dan ditandatangani bersama pada 17 desember," paparnya.

Skandal ini jelas lebih hebat dan dasyat daripada RJ. Lino, ungkap Amir Hamzah meniru apa yang sempat ia dengar dari Prof. Ramli pakar hukum yang sempat berdiskusi dengannya ketika itu. "Untuk itu yang menjadi pertanyaan adalah apa benar Jokowi membela Ahok ?, KPK mesti transparan, dan berani ungkap kebenaran. Kita harus konsisten dan berjalan dalam koridor konstitusi UUD45 dan Pancasila," harap Amir Hamzah mengkritisi.

Nampak turut hadir dalam sesi diskusi yang digelar di bilangan menteng ini Mochtar Effendi Harahap (pengamat politik), Ratna Sarumpaet (tokoh wanita dan pejuang HAM), Amir Hamzah (pengamat kebijakan publik), Jamran Ketua AMJU / Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (ketua), dan Karman BM (ketum GPII)
dengan Achmed selaku moderator diskusinya.

Sementara itu, kemudian Ratna Sarumpaet (tokoh wanita dan pejuang HAM) yang turut hadir menyampaikan bila berangkat dari ucapan pernyataan Pak Amir barusan dapat dipastikan men'tersangka'kan ahok itu mutlak. "Itulah juga percakapan saya beberapa minggu yang lalu dengan Mat Peci, baik juga dengan iqbal 'gerakan buruh', Hatta Taliwang, serta elemen yang tergabung dalam Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI)," terangnya menyampaikan.
"Semua bisa dibuat lebih penting. 'orang goblok' juga tau kenapa skandal sumber waras bisa tenggalam begitu saja,"urai Ratna lagi.

"Saya sudah pernah katakan dimana harusnya sebelum pilkada sudah 'terang benderang' soal skandal sumber waras, Itu yang terhentak di dalam benak diri saya sedih, kenapa tidak terjadi,"imbuhnya merasa kecewa dan penuh tanda tanya.

Ratna juga berargumen kalau nampak pada kedua orang ini sepaket, dimana ada indikasi niat menghancurkan kota Jakarta."Yang jadi pertanyaan, kenapa mengajak ketua KPK jalan-jalan ke Korea? Apa relevansinya, sebenarnya ini salah satu cara mencecar Pak Jokowi juga, jika tidak dilindungi negara. Mungkin demonya ke Pak Jokowi." sambungnya mencermati.

"Jika sejernih dengan apa yang Pak Amir Hamzah barusan katakan, dimana pak Ruki pertemuan di DPR tidakjadi. Ada yang tidak penting, dimana alasannya yang dia berikan, yakni 'kalau bahan itu yang ada di saya, sama seperti bahan di KPK periode sekarang, kami yang punya pilihan dan tuntutan kerja yang sama," celotehnya meneruskan ucapan Pak Ruki ketika pernah ditanyakan oleh Ratna Sarumpaet saat bertemu.

"Harusnya putusan yang disimpulkan periode saya, harusnya sama. Keyakinan, niat , dan keberanian tinggal itu yang perlu dimiliki oleh pimpinan KPK sekarang, yang mana Ke-3 nya hanya bisa diperoleh dengan desakan 'masyarakat'." jelasnya

Ditambah lagi dengan hasil pertemuan tokoh Wanita dan Aktivis HAM, Ratna dengan salah seorang anggota DPR RI, Fahri Hamzah, dimana menurutnya pas ke Fahri, Komisi 3 berjanji akan memanggil KPK. "Namun kok sampai sekarang tidak terjadi?." ucapnya penuh harapan dan menunggu.

Dilain pihak dengan adanya berita lain dimana, "Fahri sudah ketemu dengan teman baik dia, yang merupakan teman baik yang 1 penyidik berkaitan dengan RS. Sumber Waras. Rekomendasi sudah ada di meja Pimpinan KPK, dan status 'Tersangka'. Itu tergantung kembali pada pimpinan,"sambung Ratna menyampaikan.

"Kelihatannta Itu ada tekanan, maka rencananya kita akan mengadakan 'Rapat Akbar' nanti di depan KPK, dimana ada sidang Rakyat. Ahmad Dhani mau pentas disitu, ditambah lagi dengan buruh juga akan berupaya menduduki, menduduki kecil-kecilan saja,"urainya lagi.


"Itu akan kita tagih, jika Komisi 3 tidak memanggil Pimpinan KPK. Padahal mereka janj, seperti yang saya katakan tadi. Ini perlu disadari dan ini mesti menjadi amunisi kita guna menggulingkan dan menurunkan manusia aneh satu ini."tandasnya. (pnes/niko/alam)